Hamas Syahid "Insyaf" Setelah Selamat dari Kecelakaan Mobil

Wayan Diananto | 30 Januari 2016 | 11:02 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Rekor membolos terparah, tiga hari. Hamas Syahid pernah kabur dari kelas. Jam pertama sampai jam ketiga, terlihat di kelas. Jam keempat dan seterusnya, dia hilang entah ke mana. Hamas Syahid beralasan teknik mengajar guru saat itu tidak menarik. 

Mayoritas guru menerapkan komunikasi satu arah atau berceramah sementara Hamas Syahid sudah tidak bisa menoleransi pola ajar semacam itu.

Titik balik Hamas Syahid terjadi di pengujung kelas 3 SMP ketika ia selamat dari kecelakaan tunggal. Saat itu, Hamas Syahid diundang ke pesta perpisahan (prom night). Ia menikmati ingar-bingar pesta dari malam hingga dini hari. Menjelang subuh, Hamas Syahid pulang mengendarai mobil. 

“Saya mengantuk. Mobil membentur trotoar lalu 'terbang' kemudian terpelanting. Bagian depan mobil saya ringsek enggak berbentuk. Tapi Allah masih sayang saya. Secara ajaib, saya selamat. Tidak terluka sama sekali,” dia mengenang.

Orang tua Hamas Syahid bersyukur. Saat itulah Yulyani mengingatkan Hamas Syahid, “Coba kamu merenung dan memikirkan. Apa yang telah kamu lakukan selama ini? Apa kelalaian yang sudah kamu lakukan sampai kecelakaan ini terjadi?” 

Malam itu Hamas Syahid menangis, lalu minta maaf kepada ibunda tercinta. Meski SMP adalah fase ternakal Hamas Syahid, bukan berarti ia tidak memetik satu pun nilai positif selama berseragam putih biru tua. Saat itu, Hamas Syahid berkenalan dengan dunia teater dan belajar akting. Selain akting, Hamas Syahid sebenarnya diajak untuk mengikuti kajian atau pengajian. Tapi saat itu ia memandang kajian sebagai kegiatan yang kurang menarik. 

“Senakal-nakalnya saya saat itu, insya Allah saya tidak pernah meninggalkan salat. Kalau istilah zaman dulu, STMJ (salat terus maksiat jalan). Saat itu pula, saya membaca novel Kisah Mas Gagah Pergi yang sedikit banyak mirip dengan hidup saya. Novel itu membuat saya mantap untuk melakukan hijrah saat SMA,” terang penyuka film The Shawshank Redemption dan Alangkah Lucunya Negeri Ini. 

Sejak SMA hingga kini menjadi mahasiswa Jurusan Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, prinsipnya tidak berubah. Hamas Syahid selalu ingin menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Saat berakting, dia ingin aktingnya membawa pengaruh baik pagi penonton.

“Topik Ketika Mas Gagah Pergi The Movie adalah hijrah atau menjadi sosok yang lebih baik. Hijrah itu bukan hanya berlaku untuk umat Muslim. Semua orang berhak berhijrah. Semua orang berhak menjadi lebih baik,” pungkasnya.

(wyn/gur)

 

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto