Pembunuhan Satu keluarga di Bekasi, Ini Unggahan Terakhir Korban di Facebook

TEMPO | 14 November 2018 | 07:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Maya Ambarita, 37 tahun, korban pembunuhan satu keluarga di wilayah Bekasi, sempat mengunggah status terakhir di akun media sosial Facebook berisikan surat dari anaknya, Sarah (9).

"Dapat surat dari boru panggoaran. masih kls 3 sd.. lucu jg ya senyum2 membacanya asal lah ga cuma tulisan doank...hehehehe TUHAN Memberkatimu ya boru...jd anak yg takut akan TUHAN," tulis Maya dalam status yang ia unggah, Senin, 12 November 2018, pukul 00.46 WIB.

Dalam surat tersebut, terlihat Sarah seperti meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Ia juga berterima kasih kepada Maya dan suaminya, Diperum Nainggolan (38), dan berjanji akan rajin berdoa. Berikut kutipan lengkap isi surat tersebut:

"Mama dan papa maafin kakak kakak sudah bikin mama dan papa marah. Kakak janji tidak akan melawan lagi. Kakak akan nurut sama mama dan papa. Akan rajin berdoa menyembah membaca alkitab. Ngga takut lagi sama setan.

Kakak akan takut sama Tuhan Yesus. Makasih mama dan papa sudah merawat kakak dari bayi, balita, anak-anak. Mama sudah cape masak buat kakak, papa kerja buat kakak."

Selain Maya, Diperum, dan Sarah, anak laki-laki mereka, Arya (7) menjadi korban pembunuhan di rumahnya di Jalan Bojong Nangka 2 RT 2 RW 7, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

Juru bicara Polres Metro Bekasi Kota Komisaris Erna Ruswing Andari menduga pembunuhan itu terjadi Senin malam, 12 November 2018. Karena ada saksi mata yang melihat pintu gerbang rumah korban terbuka pada Selasa, 13 November 2018, pukul 03.00.

Seorang kerabat korban bernma Intan mengatakan, Diperum tinggal di tempat itu sejak lima tahun lalu. Dia dipercaya untuk menjaga rumah kontrakan milik kakaknya yang jumlahnya lebih dari 20 pintu. Selain itu, Diperum juga membuka warung kelontong untuk menambah penghasilan.

Pembunuhan ini diketahui pertama kali oleh salah satu penghuni kontrakan bernama Febi Lofa. Pada Selasa, 13 November, sekitar pukul 06.30, ia hendak berangkat kerja dan melihat warung korban masih tutup. Padahal biasanya korban sudah bangun untuk membereskan dagangan.

Karena curiga, Febi memberanikan diri untuk memanggil dan melongok ke dalam rumah. Televisi di ruang tamu masih menyala. Ia terperanjat saat melihat seluruh penghuni rumah sudah tergeletak berlumuran darah. Feby segera memberi tahu para tetangga. Selanjutnya pembunuhan itu dilaporkan ke pengurus RT setempat dan dilanjutkan ke Polsek Pondok Gede.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait