Milenial Diajak Jadi Produsen dengan Manfaatkan Teknologi

Redaksi | 18 Oktober 2019 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Berbagai negara mulai mencanangkan untuk fokus menggarap potensi pada ekonomi digital. Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan target pada 2020, nilai bisnis ekonomi digital mencapai USD 130 miliar atau setara Rp 1.730 triliun. Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 133 miliar atau sekitar Rp 1.826 triliun pada 2025, melonjak dari proyeksi 2019 sebesar US$ 21 miliar.

Menanggapi fenomena tersebut, CEO Menara Digital Enterprise, Anthony Leong mengatakan bahwa generasi milenial terutama kalangan mahasiswa harus dapat melihat ekonomi digital sebagai salah satu sektor industri yang memiliki potensi tinggi di era industri 4.0 ini.

"Milenial seperti kita ini merupakan digital natives karena 98,2 persen telah menggunakan smartphone untuk mengakses internet. Intensitas penggunaannya pun tinggi, hingga 6 jam perhari untuk chatting, jejaring sosial, sampai pembelian layanan jasa dan barang secara online. Artinya potensi berkembangnya sektor ekonomi digital atau e-commerce di Indonesia sangatlah besar. Hanya saja behaviournya ini harus kita ubah, jangan hanya menjadi konsumen, kita harus ubah paradigma menjadi produsen yang menghasilkan produk yang memiliki inovasi dan value," ujar Anthony Leong di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta (17/10/2019).

Pakar Komunikasi Digital tersebut menambahkan bahwa generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0. Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Untuk itu reskilling dan upskilling itu diperlukan karena digitalisasi ekonomi membutuhkan skill set yang berbeda dengan ekonomi sebelumnya.

"Sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Jutaan pekerjaan akan hilang dengan hadirnya robotic automation. Ini yang perlu jadi konsen kita bersama, jangan sampai jika tidak ada ketrampilan dan invoasi kita akan stagnan. Hanya satu profesi yang tidak bisa tergantikan dengan robot yaitu politisi," kata Anthony sambil menunjuk anggota DPR RI dari Nasdem, Arkanata Akram yang turut hadir dalam diskusi tersebut. 

"Momentum ini harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin, agar Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital. Berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-commerce di Indonesia sangat besar. Jangan sampai transaksi yang begitu besar ini hanya dinikmati oleh asing karena di balik unicorn kita adalah investor asing. Harus ada sistem pendanaan lain misalkan dengan crowdfunding berbasis koperasi, jika bisa diimplementasikan maka asing tidak begitu mudah masuk. Pemerintah juga harus tegas membuat border agar asing tidak begitu mudah menguasai, jika mau masuk ke Indonesia harus menggandeng pengusaha lokal," kata Anthony. 

Terakhir, Anthony mengatakan Indonesia sudah menjadi penyumbang 4 unicorn dan berada di peringkat ke-7 di dunia, mengalahkan negara maju seperti Francis, Swiss, dan Israel. Ia berharap ke depan lahir startup yang berbasis industri.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait