Mengenal Para Pemenang Perempuan Bintang Awards 2018 (Bagian 5 - selesai)

Yuriantin | 13 Desember 2018 | 18:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Proses voting untuk memilih siapa yang terbaik dari para pemenang Perempuan Bintang Awards (PBA) 2018 tengah berlangsung. Voting terbuka untuk umum ditutup pada 14 Desember 2018.

Bagi 30 pemilih beruntung akan mendapat kenangan-kenangan dari Media Bintang Indonesia. Malam puncak PBA 2018 akan berlangsung pada 18 Desember 2018.

Perempuan Bintang Awards 2018 merupakan ajang penghargaan untuk perempuan-perempuan Indonesia. Anugerah ini untuk mengapresiasi pencapaian, karya, usaha, pengabdian, aktualisasi diri para perempuan Indonesia.

Total terdapat 9 kategori utama dan 3 kategori penghargaan khusus dalam ajang PBA 2018. Setiap kategori terdapat masing-masing 3 pemenang. Di bagian kelima ini, mari kita mengenal 6 pemenang berikut.

Bintang Ilmiah (Yenny Meliana, 42 tahun)

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini berupaya membuat formulasi baru untuk mengatasi serangan malaria. Pasalnya, parasit protozoa yang menyebabkan malaria mulai kebal terhadap pil kina, obat yang digunakan untuk mengatasi malaria saat ini. Yenny tengah meneliti bahan baku obat antimalaria yang berasal dari tanaman Artemisia annua. Namun proses pembuatan bahan baku yang dengan sistem ke DHA (dihydroartemisinin) tersebut memakan waktu yang cukup panjang dan biaya tambahan yang mahal. Akibatnya, respons dari dunia industri tehadap sistem pembuatan obat malaria ini kurang menggembirakan.

Menurut Yenny, obat malaria harus terjangkau dengan kisaran Rp 30-35 ribu. Ia mulai dengan menggunakan teknologi nano untuk membuat bahan baku obat antimalaria. Lulusan program doktor teknik kimia National Taiwan University of Science and Technology ini mengungkapkan teknologi nano akan memotong waktu pengolahan bahan baku. Teknologi nano juga membuat penggunaan bahan baku obat menjadi lebih cepat. Atas riset ini, Yenny didapuk menjadi satu dari empat pemenang National Fellowship Awards for Women in Science 2016 yang diadakan L'Oreal. Ia mengatakan riset obat antimalaria dari tanaman Artemisia annua ini memiliki target yaitu di tahun 2019-2020 sudah bisa diproduksi massal.

Bintang Pengusaha (Feny Mustafa)

Kerajaan bisnis busana muslimah Feny bermula sejak tahun 1989. Bisnis ini bermula dari keprihatinan ibu 2 anak ini terhadap wanita muslimah yang kesulitan menemukan busana yang tepat untuk berhijab. Berbekal modal pinjaman, Feny mendirikan Shafira Corporation yang kini menaungi 11 brand. Di antaranya, Shafira, Zoya, Zoya Cosmetic, Encyclo, Mezora, hingga department store La Grande Mustafa serta ritel Hijab Factory. Demi mengembangkan bisnisnya, Feny kerap melakukan survei hingga ke berbagai belahan dunia.

Dalam pergelaran Indonesia Fashion Week 2018, label Shafira membawakan tema Ngabaraga tahun 1920-1930. Koleksi yang dipamerkan kebanyakan memakai kain atau tenun sutra asli Garut. Konsep ini membawa misi untuk menjadikan Bandung sebagai Pusat Fashion Muslim Dunia. Pada usianya ke-29, label Shafira digandeng Imam Shamsi Ali dan motivator Ippho Santosa untuk mendirikan pondok pesantren pertama di belahan bumi Amerika. Bernama INKA Pesantren Madani, pesantren ini diharapkan mampu menjadi cerminan Islam sesungguhnya di Amerika.

Bintang Olahraga (Wewey Wita, 25 tahun)

Pada ajang Asian Games 2018 lalu, Wewey menyabet medali emas dari cabang pencak silat. Kemenangan ini merupakan hasil dari kerja kerasnya sejak kecil. Wewey belajar pencak silat sejak kelas 5 SD. Tujuan awalnya supaya ia bisa menjaga diri. Setelah berlatih sekian lama, Wewey berkeinginan ikut kompetisi. Namun ia tidak memperoleh restu. Kedua orang tuanya lebih suka Wewey menjadi model.

Wewey tak putus asa. Ia sukses membawa pulang sejumlah prestasi di cabang pencak silat. Kedua orang tuanya yang kala itu tengah bangkit dari kebangkrutan ekonomi ini akhirnya luluh. Dengan torehan prestasinya, Wewey bisa membantu perekonomian keluarga. Pencapaian lainnya ia membawa pulang medali emas dalam SEA Games 2017 di Malaysia. 

Bintang Profesional (Barokah Sri Utami, 55 tahun)

Wanita yang akrab disapa Emmy ini mendedikasikan pemikiran dan waktunya untuk PT Phapros Tbk selama hampir 4 dekade. Bermula dari staf bagian quality assurance dan pengendalian produksi di perusahaan obat ini, Emmy terpilih menjadi direktur utama di tahun 2016. Di bawah kepemimpinan Emmy, Phapros berhasil menembus angka penjualan terbesar dalam sejarah yaitu Rp 1 triliun  pada akhir tahun 2017. Dengan laba bersih yang juga bertumbuh sebesar Rp 100 miliar. Phapros juga memenangkan tender e-catalog untuk program BPJS Kesehatan senilai Rp 2 triliun untuk 2 periode sekaligus (2018-2019).

Phapros melebarkan sayap ke kancah farmasi internasional dengan mengandeng raksasa farmasi asal Myanmar, Medi Myanmar Group. Dengan membentuk usaha bersama (joint venture) yang fokus pada pendirian pabrik untuk produksi tablet, kapsul non antibiotik dan diarahkan ke pengembangan parenteral. Berkat pencapaian ini, Phapros dianugerahi penghargaan Corporate Branding Product Development di BUMN Branding and Marketing Awards 2017. Emmy juga meraih gelar The Best CMO Branding and Marketing Leadership pada acara yang sama. Ia termasuk 11 perempuan berprestasi 2017 versi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.

Bintang UKM (Melissa Sunjaya)

Label Tulisan dikenal sebagai produk kerajinan lokal dengan sentuhan seni yang kental. Sosok di baliknya adalah Melissa Sunjaya. Sejak kecil, ia bercita-cita membuat produk buatan tangan Indonesia dengan sentuhan yang berbeda. Hingga lahirlah ide membuat karya seni ilustrasi yang memakai bahan-bahan dan sumber daya dari Indonesia. Bermodalkan Rp 5 juta, Melissa membeli bahan katun kanvas murni kualitas ekspor sebanyak 100 yard di tahun 2010.

Dengan bahan tersebut, Melissa menghasilkan produk Tulisan. Koleksi awal Tulisan berupa tea towel, celemek, dan sarung bantal. Semuanya dibuat di garasi rumah dengan mesin jahit peninggalan nenek Melissa. Memosisikan produknya sebagai karya seni yang diaplikasikan pada barang-barang pakai sehari-hari, Melissa berharap ada emosi yang mengikuti setiap produknya. Keunikan Tulisan terdapat pada karya seni yang dimulai dari goresan tangan yang pengerjaannya bisa memakan waktu sampai setahun. Tak heran, banyak yang melihat Tulisan sebagai produk seni hingga menjadi kolektor brand lokal ini.

Bintang Pemerintahan (Tri Rismaharini, 57 tahun)

Nama wali kota Surabaya ini tak asing di telinga. Tri Rismaharini terkenal akan segudang prestasinya. Di bawah kepemimpinannya, Surabaya menyabet penghargaan Future Government Awards 2013 tingkat Asia-Pasifik dalam bidang data center dan inklusi digital. Surabaya memperoleh penghargaan ini setelah menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik. Berbagai penghargaan juga diterima wanita yang mengawali karier sebagai pegawai negeri di kota Surabaya ini.

Risma dinobatkan sebagai wali kota terbaik di dunia pada Februari 2014, atas keberhasilannya selama memimpin Surabaya. Menyusul penghargaan sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation pada Februari 2015 karena berhasil menata Surabaya menjadi lebih hijau dan rapi. Sebulan kemudian, Risma masuk dalam jajaran 50 tokoh berpengaruh di dunia versi Majalah Fortune. Di dalam negeri, presiden Jokowi menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama kepada Risma di tahun 2015. Kemudian pada Mei 2017 silam, Risma diundang khusus oleh Pangeran William ke Inggris untuk memaparkan proses pengelolaan sampah di Surabaya yang dianggap unggul dalam bidang tersebut.

Penulis : Yuriantin
Editor: Yuriantin
Berita Terkait