Evy Amir Syamsudin, Memberdayakan Warga Binaan dengan Keterampilan Kerja

Yohanes Adi Pamungkas | 13 Maret 2019 | 19:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setelah sang suami Amir Syamsudin dilantik menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2011, Evy Amir Syamsudin (49) rajin mendatangi lembaga pemasyarakatan (LP) yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Evy melihat potensi para warga binaan di LP untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis.

Pada 15 Oktober 2014, setelah suaminya tidak lagi menjabat Menteri, Evy mendirikan Second Chance Foundation (SCF). Ada makna khusus pada nama yayasan nirlaba mandiri pertama di Indonesia yang fokus mengangkat derajat warga binaan ini.

“Second chance berarti kesempatan kedua bagi warga binaan agar dapat diterima kembali oleh masyarakat sebagai warga yang bermartabat,” kata Evy di Jakarta, pekan lalu.

Evy sadar, jangankan warga binaan yang masih menjalani hukuman di LP, yang sudah bebas pun masih dicap negatif.

“Banyak orang menilai penjara itu menyeramkan. Menurut saya, lebih menyeramkan lingkungan di luar penjara. Warga binaan itu posisinya sama dengan orang lain,” tukas Evy.

Ia juga menjelaskan,“Sekarang, istilah penjara dan narapidana sudah diganti dengan LP dan warga binaan,” kata dia.

Dari beberapa LP yang rutin dikunjungi Evy, mayoritas warga binaan perempuan dan remaja yang akhirnya bekerja sama dengan SCF.

“Bukannya mendiskriminasi kaum pria, tapi potensi lebih banyak ada pada kaum wanita,” terang Evy, yang juga menjalankan usaha dalam bidang properti.

Agar pelatihan tepat sasaran dan bermanfaat, Evy sampai mengunjungi beberapa LP di luar negeri dan mengamati aktivitas warga binaan. 

SCF kemudian memberi pelatihan keterampilan bagi warga binaan, mulai dari melukis, memasak, menjahit, memasak, hingga membuat kerajinan tangan. Evy tidak mengalami kesulitan mengajak mereka untuk menggali dan menunjukkan potensi. Bahkan beberapa di antara mereka berharap agar pelatihan seperti ini dilakukan sesering mungkin.

“Mereka antusias dan bersemangat setiap kami menyampaikan materi pelatihan. Para pengajar mereka termasuk desainer, pekerja pabrik, juga ahli-ahli lainnya,” terang Evy. 

Berbekal pelatihan-pelatihan yang dilancarkan SCF, warga binaan sudah banyak menghasilkan produk. Seperti batik, lukisan, pajangan dari lintingan koran, robot dari korek api, pulpen, dompet, tas, hingga bola sepak.

“Saat membuat produk-produk ini, warga binaan terbentur masalah fasilitas. Namun produk yang dihasilkan berkualitas baik dan siap untuk bersaing dengan produk lainnya,” Evy menjamin. 

(han / gur)
 

Penulis : Yohanes Adi Pamungkas
Editor: Yohanes Adi Pamungkas
Berita Terkait