Gara-gara Mengupas Salak, Shelly Menciptakan Produk SALAKU

Yohanes Adi Pamungkas | 12 April 2019 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sebelum merintis bisnis olahan buah salak bermerek Salaku, Shelly (44) rajin mengikuti seminar-seminar kewirausahaan.

Pembicara salah satu seminar mengatakan, jika ingin membuka usaha, lirik jenis usaha yang dekat dengan lingkungan sekitar. Kebetulan anak bungsu Shelly, Rafael, hobi makan salak. 

Pada 2003 Shelly meninggalkan pekerjaannya sebagai sekretaris direktur perusahaan swasta untuk fokus mengurus suami dan ketiga anaknya. Tujuh tahun menjadi ibu rumah tangga, Shelly ingin merintis usaha kuliner. Ia mulai membekali diri dengan pengetahuan dari seminar-seminar kewirausahaan hingga kursus memasak.

“Saya mulai membuka usaha kuliner pada 2010. Waktu itu makanan yang saya jual berganti-ganti. Saya pernah menjual mi ayam bangka, ayam bakar, hingga (mengelola) katering makanan,” tutur Shelly saat ditemui di Jakarta.

Mengingat banyak yang menjual makanan-makanan serupa, Shelly merasa harus berinovasi. Memperhatikan selera makan keluarganya, Rafael sangat suka makan salak. Shelly sering diminta Rafael mengupas kulit salak sebelum dimakan. “Saya malas kalau disuruh mengupas kulit salak, karena kulitnya tajam dan bisa melukai jari,” ucap Shelly sambil tersenyum.

Gara-gara sering mengupas salak, wanita berkacamata ini mencetuskan ide untuk membuka usaha kuliner berbahan dasar salak. Ia mengumpulkan informasi seputar buah salak dan pengolahannya dari dunia maya.

“Ternyata semua bagian salak bisa diolah menjadi makanan atau minuman. Selain dagingnya, kulitnya bisa dijadikan teh dan biji untuk kopi,” ceplos Shelly.

Pada 2016, belum banyak pelaku usaha kuliner melirik salak, Shelly mengambil peluang itu. Dengan merek Salaku, ia ingin mengubah pandangan orang terhadap salak.

“Ternyata cara enak makan salak itu macam-macam, salah satunya diolah menjadi brownies. Alasan memilih brownies, karena saya sering membuatnya untuk anak,” ujar Shelly yang mempromosikan produk brownies salak lewat Instagram. 

Dari brownies, Shelly terus berkreasi sehingga terciptalah beberapa produk lain berbahan salak. “Saya juga menjual jus salak, sambal salak, teh salak, dan ada rencana untuk membuat kerupuk salak,” beber Shelly. Ia menghabiskan 30 kilogram salak dalam seminggu untuk mengolah produk-produk Salaku. “Untuk brownies dan teh, biasanya semakin laris saat Ramadan dan jelang Lebaran,” ia menyambung. 

Awalnya, Shelly mengerjakan semua pesanan seorang diri, termasuk berbelanja salak di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Namun karena angka pesanan melonjak, ia kemudian mempekerjakan 2 asisten yang membantu mengupas salak dan mengemas produk. “Pengolahan resep salak, masih saya yang mengerjakan,” beri tahu Shelly yang sudah bekerja sama dengan aplikasi ojek daring untuk memasarkan Salaku. 

Karena keunikannya, tidak jarang Salaku dibawa ke luar negeri untuk dijadikan buah tangan. “Kemarin ada teman yang akan terbang ke Australia dan Selandia Baru, membeli brownies untuk keluarga di sana,” ungkap Shelly. 

(han / gur)

Penulis : Yohanes Adi Pamungkas
Editor: Yohanes Adi Pamungkas
Berita Terkait