Arswendo Atmowiloto Menulis dengan Dua Mesin Tik Sekaligus

Suyanto Soemohardjo | 21 Juli 2019 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Di masa produktifnya sebagai penulis Arswendo Atmowiloto biasa menulis dengan menggunakan dua mesin tik sekaligus. Ini bukan gurauan. Di ruang kerja di rumahnya saat semua penulis masih menggunakan mesin tik dengan suara khasnya itu, Arswendo Atmowiloto biasa memakai dua mesin tik sekaligus. 

Setiap mesin tik sudah dipasang kertas siap diisi tulisan. Satu mesin tik dipakai menulis untuk satu judul novel, sedang mesin tik satunya lagi untuk tulisan yang lain. Dalam proses menulis ini itu tak jarang Arswendo berpindah-pindah dari satu mesin tik ke mesin tik lain. Luar biasa. Tapi yang lebih luar biasa lagi, jumlah halaman naskah yang bisa diselesaikan dalam satu malam. Arswendo Atmowiloto pernah bercerita, pernah dalam satu malam menyelesaikan tulisan sebanyak 100 halaman, bahkan lebih.

Menulis dengan mesin tik membutuhkan proses kreatif yang berbeda dibanding dengan komputer. Sebelum jari-jari bergerak menyelesaikan satu kalimat atau satu paragraf, semua sudah harus selesai di dalam kepala. Penulis tak bisa menyelipkan dialog atau kalimat tambahan saat halaman sudah selesai. Berbeda dengan menulis menggunakan komputer. Naskah bisa ditambahi, dikurangi, atau bahkan diubah dengan cara yang mudah. 

Tapi bagi Arswendo Atmowiloto, menulis dengan mesin tik atau komputer tak ada bedanya atau sama-sama mudahnya. Terbukti dengan kreativitas dan karyanya yang terus mengalir tiada henti. Soal mesin tik Arswendo Atmowiloto tampaknya punya kenangan khusus. Belakangan dia gemar mengoleksi mesin tik lama berbagai model, dari yang kecil sampai yang ukurannya sangat besar. Koleksi mesin tik antik itu dipajang di ruang kerja di kantornya.

"Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri, tidak tergantung orang lain untuk memulainya," kata Arswendo Atmowiloto pada saya pada satu kesempatan. Kalimat ini bukan sekadar kata-kata bijak, terutama karena Arswendo sudah mempraktekkannya sendiri. Segala kendala di awal kariernya sebagai penulis tak membuatnya berhenti berkarya. Bakat dan hasrat yang besar membuat Arswendo berhasil melampaui semua itu.

Saat kesibukannya belum terlalu padat, sebagai wartawan harian Kompas atau pemimpin redaksi majalah HAI, Arswendo sangat produktif menulis. Tapi saat kesibukan semakin padat sebagai bos dan konsultan di banyak media, Arswendo Atmowiloto juga tetap produktif menulis. Mungkin karena berkaca pada dirinya sendiri, Arswendo sering mengajukan pertanyaan yang membuat bingung yang mendengarnya. Saya dan beberapa orang yang pernah jadi anak buahnya pasti pernah ditanya seperti ini: Kamu lagi bikin apa? Kalau dijawab tidak sedang membuat apa-apa, dari ekspresi wajahnya dia tampak kecewa. Tapi kalau dijawab, misalnya sedang mencoba membuat novel atau skenario sinetron, dia akan menanggapi dengan antusias. Dia lalu akan dengan senang hati menawarkan diri untuk melihat dan lalu memberi masukan jika dibutuhkan. 

Dengan mengajukan pertanyaan "kamu lagi bikin apa?" Arswendo Atmowiloto agaknya ingin orang-orang dekatnya tak terjebak rutinitas dan kehilangan kreativitas. Berbincang dengannya sering juga bisa ketularan energi berkaryanya yang terus bergelora. Sebagai sineor, wartawan dan sastrawan kampiun, Arswendo senang mendorong orang-orang dekatnya berkarya.

Arswendo Atmowiloto, sastrawan dan wartawan cemerlang yang dikagumi banyak orang itu kini telah berpulang, berisitirahat dalam damai. Meninggalkan seorang istri, Agnes Sri Hartini, tiga anak: Albertus Wibisono, Pramudha Wardhana, dan Cicilia Tiara, serta 6 cucu. 

Selamat jalan Mas Wendo.

Penulis : Suyanto Soemohardjo
Editor: Suyanto Soemohardjo
Berita Terkait