Arswendo Atmowiloto: Dari Kritikus Menjadi Kreator Acara TV

Suyanto Soemohardjo | 22 Juli 2019 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Saat masih jadi wartawan Kompas dan pemimpin redaksi majalah HAI, Arswendo Atmowiloto punya perhatian khusus pada acara TV. Secara konsisten mengamati lalu menuliskan opininya seputar acara TV yang tengah tayang. Tak mengherankan bila kemudia dipercaya mengelola tabloid Monitor, tabloid dengan tagline TV Video Film dan Radio. Di masa itu, tahun 80-an untuk urusan kritik acara TV Arswendo Atmowiloto satu-satunya dan jagonya.

Lewat tabloid Monitor minat Arswendo Atmowiloto pada televisi makin tersalurkan. Sukses kilat tabloid Monitor, yang tercermin dari oplahnya yang sangat tinggi, reputasi Arswendo sebagai kritikus televisi makin tak terbantahkan. Artikel yang ditulis di setiap edisi tabloid Monitor menjadi bacaan penting para peminat dan praktisi pertelevisian. Tapi menjadi kritikus TV paling penting tampaknya bukan ujung dari kecintaan Arswendo Atmowiloto pada televisi. Tak hanya bisa mengkritik tapi juga siap dikritik, Arswendo Atmowiloto juga terjun langsung sebagai kreator acara TV.

Awal keterlibatan Arswendo Atmowiloto dalam produksi acara TV mungkin dimulai dari serial ACI (Aku Cinta Indonesia) yang ditayangkan TVRI di tahun 80-an. Di serial ini Arswendo ikut terlibat saat perencanaan dan menulis skenario beberapa episode. Keterlibatan lebih intens Arswendo Atmowiloto pada acara TV sepertinya dimulai saat produksi serial Jendela Rumah Kita. Di serial yang dibintangi Dede Yusuf, Novia Kolopaking, Ully Artha, Drg Fadli, dan melambungkan nama Desy Ratnasari ini Arswendo Atmowiloto jadi perencana produksi sekaligus penulis skenarionya. Serial Jendela Rumah Kita pada masanya jadi tontonan favorit pemirsa TVRI. Selain menulis skenario untuk beberapa serial Arswendo juga membuat banyak naskah sinetron lepas yang tayang di TVRI.

Ketika TV swasta mulai bermunculan, karya-karya Arswendo Atmowiloto juga makin bertebaran. Rasanya tak ada penonton TV yang tak ingat serial Keluarga Cemara yang tayang di RCTI pada 1996. serial ini diangkat dari cerita bersambung karya Arswendo Atmowiloto yang pernah dimuat majalah HAI. Dibintangi Adi Kurdi, Novia Kolopaking, Keluarga Cemara yang disutradari Dedi Setiadi (sutradara yang banyak bekerja sama dengannya), sukses jadi tontonan favorit. Serial Keluarga Cemara versi sinetorn diproduksi oleh PH milik Arswendo sendiri, PT Atmo Chademas Persada. Selama masa tayang dari 1996 sampai 2005 terjadi beberapa pergantian pemain. Pemeran Emak berganti dari Lia Waroka ke Novia Kolopaking lalu Anneke Putri.

Setelah Keluarga Cemara Arswendo Atmowiloto juga memproduksi serial Satu Kakak Tujuh Ponakan dengan pemain Sandy Nayoan, Novia Kolopaking, dan Rieta Amilia, ibunda Nagia Slavina. Masih dengan memakai pemeran utama Sandy Nayoan, Arswendo Atmowiloto juga membuat serial Menghitung Hari yang diangkat dari buku berjudul sama. Buku yang pernah jadi best seller ini bercerita seputar kehidupan di penjara yang ditulis dengan jenaka. Ketika pertama mendengar buku ini akan dibuat sinetron, banyak yang dibuat bertanya-tanya akan seperti apa cerita versi sinetronnya. Apa ceritanya terdiri dari kisah-kisah pendek seperti bukunya? Arswendo Atmowiloto menjawab pertanyaan itu dengan menampilkan Menghitung Hari versi sinetron dengan cerita yang agak berbeda. Seperti bukunya, Menghitung Hari versi sinetron juga meraih sukses ketika ditayangkan.

Serial Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto tahun lalu diangkat ke layar lebar, dan meraih sukses ditonton lebih dari satu juta. Karya-karya Arswendo yang lain, seperti serial novel Senopati Pamungkas yang legendaris itu kabarnya juga akan dibuat versi filmnya. Menyusul judul-judul yang lain karya Arswendo.

Arswendo Atmowioto memang telah berpulang, meninggal dunia pada Jumat (19/07) lalu dan dimakamkan di San Dieogo Hill Memorial Park, Karawang, Jawa Barat. Tapi sosok Arswendo Atmowiloto akan tetap dikenang lewat karya-karyanya.

Penulis : Suyanto Soemohardjo
Editor: Suyanto Soemohardjo
Berita Terkait