Parno Mendadak Dada Sakit, Gatal, dan Demam, Gejala Covid-19? Sebuah Pengalaman Nyata

Vallesca Souisa | 19 April 2020 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pandemi Corona merebak, menghantui dunia. Tak hanya menelan nyawa, tapi mengguncang psikis, hingga meluluh lantakkan segala sisi bisnis. Hampir 1 bulan kita berdiam di rumah dengan ketidak pastian. Beberapa hari lalu, di tengah update berita korban yang berjatuhan akibat Corona, saya pun terserang panik, ketika bangun tidur dada ini terasa sakit. Sakitnya seperti ditekan benda besar. Setiap kali tubuh bagian atas melakukan gerakan, sakit itu kian nyata terasa.

Sakit di dada itu, diikuti oleh sakit persendian. Di kedua kaki dan tangan. Ankle kaki kiri seperti habis keseleo, sampai-sampai saya susah berjalan. Badan rasanya seperti habis olahraga atau melakukan pekerjaan berat. Kepala pusing, dan agak lemas.

Tak terhenti di sini, keesokan harinya saya merasa gatal-gatal di sekujur tubuh. Ruam kemerahan terlihat, bentol-bentol melebar di seluruh permukaan kulit. Dari gatal jadi perih rasanya. Lalu saya demam. Suhu tubuh saya saat itu 38,6 derajat Celsius. Merasa parno? Jujur, iya. Apalagi setelah membaca di beberapa portal berita online, gejala terbaru Covid-19 menyerang kulit, salah satunnya gatal-gatal.

Satu hal, belajar dari kejadian ini, pertama yang dilakukan adalah, jangan langusng panik dulu lalu langsung melarikan diri ke RS. Saya menelpon (119) ini adalah layanan telpon darurat cepat tanggap, selama Covid-19 merebak. Dari sana, Anda akan dirujuk untuk menelepon Posko KLB Dinkes DKI—sesuai wilayah Anda. Ini adalah nomor ponsel, juga WhatsApp yang cepat tanggap. Langsung dilayani.

Orang dari Posko KLB ini akan menanyakan keluhan Anda. Saat itu saya ditanya, berapa suhu saya? Apakah ada rasa sakit di tenggorokan? Radang? Batuk kering? Memang saya tidak ada batuk atau sakit di tenggorokan yang dirasa. Lalu dia menyarankan untuk segera cek dulu ke fasilitas kesehatan umum terdekat. Bisa puskesmas maupun klinik. Tidak disarankan langsung ke RS. Belum tentu diterima juga, dan malah berisiko terpapar virus Covid-19—apalagi buat kita yang belum tentu kena virus Covid-19.

Saya mengikuti saran Posko KLB, cek ke klinik. Dokter memeriksa satu per satu gejala yang saya alami. Pertama dia mengecek dada saya dan pernapasan saya. Saat dada saya ditekan, dokter bertanya, “apakah sakit?”, saat itu memang sakit di dada tak lagi dirasa. Kemudian dia menyuruh saya menarik nafas dalam. “Apakah terasa berat atau sesak?” saya katakan tidak. Lalu dia mengukur tensi saya. Tensi saya memang rendah, 80/60. Ini rupanya yang membuat pusing. Dokter kemudian menyuruh saya membuka mulut lebar-lebar. Di sini dicek apakah ada radang. Ternyata tidak. Kemudian beralih menilik bentol-bentol di sekujur tubuh saya.

Selesai diperiksa, dokter membuat beberapa catatan pengobatan dan mulai berbicara pada saya. “Gatal-gatal itu disebabkan virus. Bisa virus apa saja, termasuk virus yang sekarang lagi dibicarakan. Salah satu gejala Covid-19 sekarang juga ada gatal seperti ini,” ucap dokter. Duh, duh, jangan sampai, pikirku sambil menekan rasa cemas.
“Ini saya berikan obat dan diobservasi dulu 3 hari. Kalau dalam 3 hari, belum ada tanda-tanda perbaikan, maka tes darah. Selama observasi, tolong isolasi diri di kamar dan selama 14 hari ke depannya tetap di rumah. Jangan keluar, kalau tidak benar-benar perlu,” kata dokter lagi. Dokter memberikan obat gatal, obat demam, obat nyeri otot, dan vitamin.

Saya pun benar-benar diisolasi di dalam kamar. Makanan, minuman semua diantar ke kamar sesuai jam makan, layaknya di RS. Ketika menuliskan ini, ini adalah hari ketiga masa observasi saya. Untungnya, sejak hari ke-1, saya memang sudah tidak panas. Hari ke-2 gatal-gatal tak lagi ada. Tidak ada lagi pusing, dan tidak ada lagi keluhan dada sakit. Namun selepas hari ke-3, saya tetap harus memeriksakan diri lagi ke dokter, memastikan memang semuanya aman.

Dari pengalaman ini, yang terpenting adalah, tetap stay positive. Saat observasi dan isolasi, isi kegiatan di kamar dengan hal-hal yang Anda senangi. Saya, masih berusaha menulis, membuat konten. Apa pun. Semangat dan hati yang gembira, membantu sistem daya tahan tubuh Anda tetap baik. Kedua, perhatikan asupan makanan. Konsumsi yang bergizi, ini membantu daya tahan tubuh tetap kuat. Banyak minum air putih. Pergunakan waktu yang ada juga, untuk berkomunikasi dan menjalin kedekatan dengan Tuhan di waktu-waktu ini. Saya rasa pandemi yang mendunia ini juga terjadi atas kuasa Tuhan dan hanya akan cepat selesai dengan kuasa dan kehendak-Nya juga. Cari kekuatan pada-Nya dan manfaatkan waktu Anda sebaik-baiknya.

(val)

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait