I LA GALIGO Karya Musik-Teater Terinspirasi Sastra Klasik Sulawesi Selatan

Infomercial | 19 Juni 2019 | 01:42 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Ciputra Artpreneur dengan bangga mempersembahkan pertunjukan teater kelas dunia I LA GALIGO yang akan berlangsung pada 3, 5, 6, dan 7 Juli 2019 di Ciputra Artpreneur Theater. I La Galigo adalah sebuah pementasan musik-teater yang naskahnya diadaptasi dari ‘Sureq Galigo’.

‘Sureq Galigo’ adalah wiracarita mitos penciptaan suku Bugis (circa abad 13 dan 15) yang terabadikan lewat tradisi lisan dan naskah-naskah, dan kemudian dituliskan dalam bentuk syair menggunakan bahasa Bugis dan huruf Bugis kuno. 

Dalam adaptasi naskah panggung ini, ‘Sureq Galigo’ menjadi dasar dari sebuah kisah yang menggambarkan petualangan perjalanan, peperangan, kisah cinta terlarang, pernikahan yang rumit, dan pengkhianatan. Elemen-elemen ini dirangkai menjadi cerita besar yang begitu menarik, dinamis, dan ternyata masih memiliki relevansi dengan kehidupan modern zaman sekarang.

Karya musik-teater I La Galigo ini bercerita melalui tarian, gerak tubuh, soundscape dan penataan musik gubahan maestro musik Rahayu Supanggah di bawah penyutradaraan salah satu sutradara teater kontemporer terbaik dunia saat ini, Robert Wilson. Pertunjukan yang berdurasi dua jam ini akan amat memukau karena tata cahaya dan tata panggung yang spektakuler.

Untuk menciptakan ekspresi yang lebih dramatis, sebanyak 70 instrumen musik, mulai dari instrumen tradisional Sulawesi, Jawa, dan Bali akan dimainkan 12 musisi untuk mengiringi pertunjukan ini. Penataan bunyi dan musik ini merupakan sebuah hasil karya dan hasil kerja intensif melalui riset yang tidak main-main di bawah penyelia Rahayu Supanggah.

“Mulai dari tahun 2001 kami mempelajari naskah tua yang dianggap sakral dalam budaya Bugis tersebut, sekaligus mendalami budaya Sulawesi Selatan. Setelah tiga tahun, akhirnya pada tahun 2004 kami melakukan pementasan pertama I La Galigo di Esplanade, Singapura. Setelah melanglang buana ke 9 negara dan 18 tahun telah berlalu, I La Galigo kembali hadir di Jakarta untuk naik pentas di Ciputra Artpreneur. Kami berharap pertunjukan yang telah kami rangkai secara modern ini dapat memperkenalkan naskah kuno asli Indonesia kepada generasi muda, sekaligus mengusik keingintahuan masyarakat untuk lebih mendalami seni budaya Indonesia sehingga tidak punah,” ujar Restu I. Kusumaningrum, Ketua Yayasan Bali Purnati dan Direktur Artistik I La Galigo.

Sejak pentas perdananya di Esplanade Theatres on the Bay (Singapura) pada 2004, lakon ini terus menuai pujian saat digelar di kota-kota besar dunia, seperti: Lincoln Center Festival di New York, Het Muziektheater di Amsterdam, Fòrum Universal de les Cultures di Barcelona, Les Nuits de Fourvière di Prancis, Ravenna Festival di Italy, Metropolitan Hall for Taipei Arts Festival di Taipei, Melbourne International Arts Festival di Melbourne, Teatro Arcimboldi di Milan, sebelum kembali ke Makassar untuk dipentaskan di Benteng Rotterdam. 

I La Galigo juga terpilih sebagai pementasan khusus berkelas dunia pada saat Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018 di Bali, bahkan media sekelas The New York Times pun tak segan menyebutnya "stunningly beautiful music-theater work" ketika I La Galigo menjadi pembuka pada Lincoln Center Festival 2005. 

“Banyaknya apresiasi yang diberikan terhadap pertunjukan I La Galigo baik di dalam maupun luar negeri membuktikan bahwa budaya kita luar biasa indahnya di mata dunia. Maka tak heran jika negara ini dijuluki zamrud khatulistiwa, karena Indonesia memang punya beragam potensi yang luar biasa. Sudah jadi komitmen bagi Bakti Budaya Djarum Foundation untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keberagaman budaya tanah air. Kami tidak akan berhenti mendukung industri seni kreatif Indonesia agar kekayaan budaya Indonesia semakin dikenal, baik dalam negeri maupun internasional,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

I La Galigo merupakan sebuah harta seni budaya Indonesia. Penghargaan masyarakat internasional pada karya ini sudah terbukti, sehingga kini, sudah selayaknya masyarakat Indonesia juga dapat menyaksikan sebuah pentas mahakarya asli Indonesia yang tak kalah menarik dengan kisah “Mahabharata” maupun “Ramayana”.

Tiket pertunjukan dapat dibeli dengan harga mulai dari Rp 475.000 hingga Rp 1.850.000 melalui Loket.com, Go-Tix, dan www.ciputraartpreneur.com. Dapatkan diskon 25% dengan menggunakan Kartu Kredit/Debit BCA. Bagi pengguna kartu Kredit BCA, dapat langsung bertransaksi di Loket.com. Pengguna kartu Debit BCA, dapat langsung hubungi Ciputra Artpreneur melalui Whatsapp di 0819 0538 5251.
 

Penulis : Infomercial
Editor: Infomercial
Berita Terkait