[RESENSI FILM] Keluarga Cemara, Cerita Sederhana Penghangat Jiwa

Wayan Diananto | 19 Januari 2019 | 11:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Mengumpulkan 460 ribu penonton lebih dalam empat hari penayangan, dan kini sudah lebih dari 1 juta penonton, film Keluarga Cemara karya sineas pendatang baru Yandy Laurens menjadi pencetak box office pertama tahun ini.

Mengisahkan awal mula terbentuknya keluarga Cemara, Yandy yang juga menulis naskah film ini (bersama Gina S. Noer) memperlihatkan kepiawaian membentuk cerita sederhana, masuk akal, dan menyentuh nurani. Selain laris, Keluarga Cemara kami pastikan jadi salah satu film terbaik tahun ini.

Keluarga Cemara versi layar lebar menempatkan diri sebagai prekuel. Di layar kaca, Abah (Adi Kurdi) dan Emak (Lia Waroka) digambarkan hidup sederhana. Di film dijelaskan, dulu Abah (Ringgo) orang kaya. Ia mengembangkan bisnis properti dan tinggal di sebuah klaster dengan Emak (Nirina), Euis (Zara), dan Ara (Widuri). Musibah datang pada hari ulang tahun Euis. 

Adik ipar Abah, Fajar (Ariyo), diam-diam pinjam uang dari pihak ketiga untuk menjalankan proyek properti dengan jaminan rumah Abah. Di tengah jalan, proyek itu bermasalah. Akibatnya, rumah Abah disita. Abah dan Emak tak punya pilihan lain selain melepaskan rumah mewah mereka lalu pindah ke rumah warisan keluarga. Abah, Emak, Euis, dan Ara melewati masa adaptasi yang dramatis. Abah menjadi kuli bangunan, Emak berjualan keripik opak.

Sadar garis besar cerita sudah dramatis, Yandy mengeksekusi skenario tanpa mendramatisasi adegan. Ia fokus ke interaksi Abah, Emak, Euis, dan Ara menghadapi masa-masa sulit dengan detail.

Emosi yang disajikan empat pemain utama tergambar dengan jernih lewat berbagai masalah yang merupakan efek samping jatuh miskin. Abah jungkir balik mencari pekerjaan. Emak memutar otak agar Ara tetap bisa ikut pertunjukan musikal di sekolah baru tanpa harus beli kostum anyar.     

Ara, yang tidak memahami makna bangkrut, mencoba mencerna satu per satu makna amarah Abah dan air mata Emak yang kerap menetes. Sementara Euis pontang-panting menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baru dan menghadapi menstruasi pertama.

Konflik yang tersaji sepintas sepele namun sangat dekat, bahkan, menjadi bagian dari kehidupan penonton.

Selain naskah yang bernas, cerlang Keluarga Cemara didapat dari akting para pemainnya. Jarang sekali ada film Indonesia yang semua pemainnya berakting bagus dari pemeran utama sampai pendukung.

Nirina magnet utama tak terbantahkan. Dalam adegan penyitaan rumah, Emak menatap Fajar tanpa berkedip. Saat proses penyitaan selesai dan keluarga Abah dipaksa hengkang, barulah sorot mata tajam Nirina meluruh bersama tetes air mata.

Ini akting terbaik Nirina sepanjang kariernya. Begitu pula Ringgo, Zara, Widuri, serta dua karakter di luar keluarga Abah: Salma (Asri Welas) dan Prisia (Maudy Koesnaedi).

Kekuatan lain film ini: lagu tema. Intepretasi Bunga Citra Lestari di lagu “Harta Berharga” mengingatkan kami pada ketulusannya saat menyanyikan “Cinta Pertama (Sunny).” Lagu lain yang kami prediksi layak jadi nomine Lagu Tema Terbaik di FFI, “Karena Kita Bersama.” 

Pemain    : Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Zara JKT48, Widuri Puteri, Ariyo Wahab
Produser    : Anggia Kharisma, Gina S. Noer
Sutradara    : Yandy Laurens
Penulis        : Gina S. Noer, Yandy Laurens
Produksi    : Visinema Pictures
Durasi        : 1 jam, 50 menit

(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait