RESENSI FILM Mia and the White Lion, Persahabatan Tulus Manusia dengan Singa

Panditio Rayendra | 20 Februari 2019 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Persahabatan manusia dan binatang yang menyentuh, tergambar dengan menyenangkan di film Mia and the White Lion. Sesuai judulnya, film ini mengisahkan persahabatan seorang anak perempuan dengan seekor singa putih.

Kisah Mia and the White Lion dimulai setelah sang tokoh utama Mia (Daniah De Villiers), harus meninggalkan London, Inggris, mengikuti orang tuanya yang mengelola peternakan singa di Afrika Selatan. Mia yang masih berusia 11 tahun mulanya sedih dan sering tak bisa mengontrol emosi karena menjalani kehidupan yang berbeda. Mia menjadi bersemangat setelah sang ayah membawa seekor singa putih yang baru lahir. Singa ini diberi nama Charlie. Charlie membuat Mia 'move on' dari kesedihan karena meninggalkan London. Hari-hari Mia dihabiskan bermain dengan Charlie. Sayangnya kebahagiaan ini tidak berlangsung selamanya. Charlie semakin besar dan dianggap membahayakan jika masih tinggal di area rumah. Tiga tahun kemudian, kesalahan yang ditimbulkan Mia membuat ayahnya berniat menjual Charlie. Mia pun melakukan perbuatan nekad, ia dan Charlie melarikan diri dari peternakan.

Menonton Mia and the White Lion, Anda akan dibuat hanyut dalam kehangatan hubungan Charlie dan Mia. Tim produksi menyebut interaksi antara manusia dan singa dalam film dibuat tanpa efek khusus atau CGI. Diperlukan waktu tiga tahun untuk produksi, sesuai dengan rentang waktu dalam film. Masa produksi yang panjang membuat Daniah De Villiers dan pemain lain bisa beradaptasi dengan Charlie.

Sutradara Gilles De Maistre piawai memilih sudut pengambilan gambar sehingga mendapatkan 'ekspresi' Charlie yang sesuai dengan kebutuhan alur cerita film. Istri Gilles De Maistre, Prune De Maistre bertindak sebagai penulis naskah. Ia mendapat inspirasi menulis cerita setelah mengunjungi sebuah peternakan singa di Afrika Selatan.

Rasa takjub -terkadang ngeri mengingat singa termasuk binatang buas-, tak henti saya rasakan saat menyaksikan Mia and the White Lion. Meski di bawah pengawasan profesional, terbesit rasa tegang saat melihat Charlie, apalagi dalam kondisi yang sudah besar berinteraksi dengan pemain. Daniah De Villiers memunculkan ekspresi yang berani sekaligus tulus, yang menjadi kekuatan film ini. Momen memberontak saat masih beradaptasi di lingkungan baru, juga ketika menolak dipisahkan dengan Charlie, dibawakan De Villiers dengan apik.

Mia and the White Lion, juga memiliki konflik keluarga yang dominan. Hubungan orang tua dan anak, suami dan istri, hingga kakak dan adik terbagi rapi. Sayangnya tak semua tergali dengan apik. Jika tidak dijelaskan lewat dialog, Anda mungkin tak akan merasa jika ada perjuangan yang tengah dilalui Mick (Ryan Mac Lennan), adik Mia. Demikian pula usaha Mia membela Charlie, yang sampai berbuat berlebihan pada John (Langley Kirkwood), ayahnya. Agaknya Mia and the White Lion memang lebih fokus mengampanyekan untuk peduli pada satwa, tanpa terkesan seperti film dokumenter atau menggurui.

(ray / ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait