Pasca Pandemi, Tren Co-living Bakal Diminati Pekerja Milenial

Romauli Gultom | 12 Mei 2020 | 00:21 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pandemi COVID-19 memaksa jutaan orang untuk bekerja dari rumah, baik di Indonesia maupun penjuru dunia lainnya. 

Menurut Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta, per 1 April 2020, sebanyak 1.043.773 pekerja formal telah didorong untuk bekerja dari rumah. Angka tersebut makin melonjak seiring dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Jumlah orang yang mempraktikkan kerja jarak jauh bisa dibilang memang meningkat akibat terjadinya pandemi, namun metode kerja seperti ini sebetulnya bukanlah fenomena baru. 

Dengan perkembangan teknologi internet yang semakin pesat, bekerja dari rumah, baik paruh maupun penuh waktu, menjadi sesuatu yang makin lazim di kalangan pekerja formal. 

Dalam beberapa tahun terakhir, bekerja jarak jauh telah terakomodir dengan makin menjamurnya co-working space. Konsumen merasakan manfaat dari co-working space tersebut melalui komunitas serta fasilitas yang disediakan oleh operator co-working. 

Namun, dengan segala peristiwa yang terjadi baru-baru ini, para pekerja jarak jauh bisa saja terbuka matanya untuk mencari pilihan tempat tinggal lain yang juga dapat menghadirkan fasilitas serta nuansa komunitas. 

Hal tersebut, membuat co-living bisa menjadi suatu tren baru di masa yang akan datang dengan menyediakan ‘kombinasi’ yang sesuai bagi populasi pekerja jarak jauh yang sedang bertumbuh pesat.

Baru-baru ini, kemunculan co-living telah membantu banyak kaum millennial memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal.

Sebagai pekerja digital media lepas di Jakarta, Fati (24) miaslnya, memiliki kebebasan untuk memilih tempat kerjanya. Namun, Ia memutuskan untuk menyewa ruang co-working di Mega Kuningan. Pilihan tersebut didasari oleh adanya kemungkinan untuk melakukan networking, hingga tersedianya acara mingguan hingga fasilitas macam WiFi berkecepatan tinggi. 

Cerahnya bisnis co-living di masa depan juga sudah diprediksi oleh Akash Mulani, Flokq Advisior and Director Real Estate Investment Firm, di  Australia. Ia mengaku malah sedang menggodok konsep bisnis baru setelah melihat dampak pandemi saat ini.

"Dengan co-living, orang-orang mendapat kesempatan untuk menjaganya tetap stabil sambil tinggal di dalam rumah. Dengan kebijakan WFH yang kian menjadi umum, masyarakat membutuhkan ruang untuk dirinya bekerja, teman yang dapat diandalkan karena memiliki persamaan minat dan latarbelakang, atau tentunya ruang dengan biaya sewa ringan per bulannya,” jelas Akash. 

Penulis : Romauli Gultom
Editor: Romauli Gultom
Berita Terkait