Alih-alih Berkata Good Job, Gunakan Kalimat Ini untuk Memuji Anak

Wida Kriswanti | 9 Mei 2021 | 08:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Mengucapkan "good job" kepada anak ketika mereka terlihat hebat dan atau berprestasi hampir menjadi sebuah reflek kebanyakan orang tua. Niatnya sih menunjukkan rasa bangga agar anak merasa dicintai dan dihargai. Akan tetapi saking seringnya, nyaris sulit dibedakan 'good job' yang sungguh-sungguh bermaksud memuji dengan yang sekadar menenangkan atau menyenangkan anak.

Terlalu mengumbar pujian "good job", menurut penulis sekaligus pemberi kuliah Alfie Kohn, juga rentan menjerumuskan anak. Mereka berisiko tumbuh menjadi individu yang ketergantungan, selalu butuh pengakuan atau pujian. Dan bisa jadi menurun motivasinya untuk melaķukan sesuatu yang benar-benar disukainya, karena akan selalu ada yang 'menilai'.

Lantas pujian seperti apa yang lebih tepat dan benar-benar membangun rasa percaya diri anak? Berikut ini langkah-langkahnya seperti dilansir dari Pure Wow.

1. Spesifiklah

Saat orang tua mengatakan 'good job', itu terlalu abstrak. Bagian mananya dari apa yang dilakukan anak yang memang bagus? Dan bagian mana yang seharusnya masih perlu ditingkatkan atau kurang tepat? Jangan malas merangkai kalimat yang lebih panjang saat memuji anak.

2. Fokus memuji prosesnya, bukan hasilnya

Ketika anak hendak mengikuti sebuah lomba, pujian lebih tepat diberikan saat anak mulai rajin berlatih, belajar, mengasah kemampuannya, untuk mengejar targetnya. Bukan hanya ketika dia keluar sebagai juara. Dari sini anak akan memahami bahwa proses lebih penting, kemenangan hanya bonus.

3. Hindari memuji anak tentang sesuatu yang di luar kuasanya

Memuji kecantikan anak, kepintaran anak, daya tarik anak, dan semacamnya, hanya akan menjadi beban anak. Karena semua itu tidak tetap sifatnya dan tidak bisa dipastikan untuk tetap ada selamanya.

4. Ungkapkan pujian sesuai apa yang Anda lihat

Jujurlah dalam hal menilai. Bukan berarti menuntut anak sesuai standar orang tua, melainkan agar anak benar-benar mengenali mana yang sungguhan potensi dirinya dan mana yang bukan. Ungkapkan kalimat sejernih, "Wah, kamu pakai warna hijau sama birunya dominan ya di lukisan ini?" atau "Kalau susunan sepatunya hadap depan semua pasti kamu yang rapikan, ya?"

5. Beri anak pertanyaan

Bicarakan secara terbuka atas apa yang dilakukan anak. Tanyakan anak menginginkan apa sebagai kompensasi keberhasilannya dan tanyakan apa kebutuhannya untuk dapat mencapai suatu keberhasilan. Lebih menyerupai diskusi agar anak terpancing menggali potensi dan memotivasi dirinya sendiri.

6. Katakan "terima kasih"

Jangan semua keberhasilan anak disebut sebagai good job atau pekerjaan yang bagus. Mengucapkan terima kasih saat anak bisa merapikan mainannya sendiri atau ketika mereka meletakkan piring-piring di rak akan lebih terasa sebagai penghargaan yang tulus. Terlebih jika orang tua mau menambahkan kata-kata seperti, Terima kasih ya. Mama sangat menghargai apa yang kamu lakukan.

Penulis : Wida Kriswanti
Editor: Wida Kriswanti
Berita Terkait