Mengenal MSG serta Pengolahan Produk Samping yang Mengacu Eco Activity dan Bio Cycle

Yoga Prakoso | 12 Oktober 2021 | 00:27 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bahan baku utama produksi MSG pakai tetes tebu melalui proses fermentasi. Dari produksi itu, dihasilkan produk samping pupuk Ajifol alias Ajinomoto Foliar Fertilizer yang memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro lengkap. Fungsinya, mendukung pertumbuhan serta perkembangan tanaman dari awal tanam hingga panen. Dengan kandungan asam amino berkualitas tinggi di dalamnya, Ajifol meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Pemakaian pestisida jadi lebih rendah dan lebih ramah lingkungan.

Untuk mengefektifkan penggunaan air, SDM, dan penghematan biaya untuk mendukung budidaya pertanian berkelanjutan, Departemen Agriculture Development PT Ajinomoto Indonesia yang beroperasi di Pabrik Mojokerto, Jawa Timur, berinovasi lewat penyemprotan Ajifol dengan teknologi drone. “Kami melakukan pengolahan produk yang dalam prosesnya mengacu pada Eco Activity dan Bio Cycle, yang dapat diolah menjadi produk dengan nilai jual. Salah satunya pupuk Ajifol yang dilengkapi izin edar Kementerian Pertanian RI,” kata Factory Manager dan Direktur PT Ajinomoto Indonesia, Yudho Koesbandryo.

Lewat siaran pers yang kami terima pekan ini, Yudho menjelaskan, pihaknya juga membantu beberapa komunitas petani padi, jagung, dan tebu di Jawa Timur, yakni Mojokerto, Madiun juga Malang dengan mengenalkan Ajifol agar menghasilkan panen dengan kualitas terbaik serta menyediakan jasa aplikasi Ajifol menggunakan drone. “Ajifol punya dua varian, yakni D untuk pertumbuhan vegetatif tanaman (akar, batang, serta daun) dan B untuk pertumbuhan generatif tanaman (bunga dan buah),” Yudho menambahkan.

Pengaplikasian teknologi drone efisien dan hanya butuh waktu sekitar 15 menit per hektar. Jumlah air berkisar 16 liter per hektar. Jika pengaplikasiannya manual, butuh waktu sekitar setengah hari hingga sehari. Jumlah air mencapai 200 liter per hektar. “Untuk beberapa tanaman seperti jagung dan tebu, pengaplikasian manual sulit dilakukan saat tanaman sudah tinggi, sekitar 1,5 meter ke atas. Dengan teknologi drone, kendala bisa diatasi,” tutupnya.

Penulis : Yoga Prakoso
Editor: Yoga Prakoso
Berita Terkait