Ketahui Gejala Osteoporosis, Si Penyebab Kematian dan Cacat Permanen

Redaksi | 22 Oktober 2021 | 15:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Penyakit osteoporosis belum familiar di kalangan masyarakat ketimbang kanker, kardiovaskular, atau diabetes. Padahal osteoporosis termasuk penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan kematian atau cacat permanen.

Osteoporosis adalah penyakit di mana kepadatan dan kekuatan tulang berkurang yang menyebabkan  tulang menjadi lemah dan rapuh. Hal ini menyebabkan tulang mudah retak atau patah akibat jatuh ringan, terbentur, bersin, atau gerakan yang tiba-tiba.

Meskipun tidak mudah, osteoporosis sebenarnya dapat dicegah jika dideteksi lebih awal dan dilakukan tindakan dengan segera. Namun, hanya 20% pasien dengan patah tulang osteoporosis yang benar-benar didiagnosis atau dirawat karena osteoporosis.

Jumlah penderita

Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 200 juta orang menderita osteoporosis. Berdasarkan data terbaru dari International Osteoporosis Foundation, sekitar 1 dari 3 perempuan di atas usia 50 tahun akan mengalami fraktur akibat osteoporosis, sedangkan bagi laki-laki perbandingannya 1 dari 5 orang.

Studi lain mengungkapkan, setiap 3 detik terjadi 1 fraktur akibat osteoporosis di dunia. Sedangkan pada tahun 2050 diprediksi akan ada 6,3 juta manusia per tahun yang mengalami patah tulang panggul dan lebih dari setengahnya terdapat di Asia.
 
Lalu bagaimana dengan di Tanah Air?

Penelitian mengenai data analisis resiko osteoporosis pada tahun 2005 dilakukan oleh Puslitbang Gizi Kementerian Kesehatan RI dan sebuah perusahaan nutrisi mengungkapkan data yang cukup mengejutkan.

Dari penelitian tersebut didapatkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis. Sebanyak 41,2% dari keseluruhan sampel yang berusia kurang dari 55 tahun menderita osteopenia. 

Prevalensi osteopenia usia di atas 55 tahun pada perempuan 6 kali lebih besar daripada laki-laki. Peningkatan angka osteoporosis pada perempuan 2 kali lebih besar daripada pria.


Penelitian tersebut dilakukan dengan sampel yang tersebar di 16 wilayah di Indonesia pada populasi tertentu. Jumlah sampel sebanyak 65.727 orang, yang terdiri atas 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan, dengan metode pemeriksaan DMT atau Densitas Massa Tulang, menggunakan alat diagnostik clinical bone sonometer.

Studi lebih baru dilakukan pada tahun 2013. Prevalensi osteoporosis di Indonesia pada perempuan usia 50-70 tahun adalah 23%, sedangkan pada usia lebih dari 70 tahun sebanyak 53%. Persentase ini tak jauh berbeda dengan tahun 2005.

Gejala osteoporosis

Sebenarnya, osteoporosis tidak memiliki gejala, karena itu biasa disebut silent disease. Gejala atau tanda yang terjadi biasanya merupakan akibat dari fraktur, yang artinya pasien tersebut sudah terkena osteoporosis.

Meski demikian, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi, Bagus Putu Putra Suryana mengatakan, mencegah osteoporosis sama pentingnya dengan mencegah penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit berbahaya lainnya.

Dia menjelaskan saat seseorang mengalami osteoporosis, hal pertama yang bisa dialami adalah patah tulang, baik tulang lengan, tulang punggung, bahkan tulang paha.

Memerhatikan gejala osteoporosis, lanjut Bagus, sangat penting karena penyakit ini tidak memiliki gejala. Dia memaparkannya dalam sebuah webminar dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Sedunia 2021 pada 20 Oktober lalu.

Gejala akibat osteoporosis biasanya bisa dilihat dari perubahan postur tubuh. Postur tubuh yang lebih bungkuk, yakni punggung bungkuk biasanya terlihat pada orang usia lanjut. Hal ini juga menyebabkan penurunan tinggi badan.

Selain itu, gejala lain adalah mengalami sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka waktu lama. Sering mengalami cedera atau keretakan tulang juga biasanya jadi ciri-ciri, seperti keretakan pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, atau tulang pangkal paha.

Faktor yang meningkatkan risiko osteoporosis di antaranya menurut Kementerian Kesehatan RI Indeks massa tubuh di bawah atau sama dengan 19, mengalami gangguan makanan seperti anoreksia dan bulimia, atau gaya hidup yang tidak sehat.

Contohnya, merokok, mengonsumsi minuman beralkohol atau bersoda secara berlebihan. Pasalnya, nikotin dalam rokok menyebabkan terjadinya reabsorbsi kalsium dalam ginjal. 

Merokok juga menyebabkan hormon estrogen--hormon reproduksi yang menjaga kesehatan tulang--berkurang dalam tubuh. Efek racun dari rokok juga memperlambat pembentukan sel tulang batu dengan menghambat kerja hormon calcitonin. 

Adapun meminum minuman beralkohol lebih dari 2 unit per hari bisa meningkatkan risiko osteoporosis dan fraktur panggul pada laki-laki dan perempuan. Begitupun dengan kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium dalam tubuh.

Risiko juga semakin tinggi jika orangtua memiliki riwayat retak tulang pangkal paha atau mengidap osteoporosis. Tidak berolahraga atau tidak aktif bergerak untuk jangka waktu lama juga bisa meningkatkan risiko osteoporosis.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait