Asyiknya Nongkrong di Pasar Kue Subuh Senen Jakarta Yang Legendaris

Wayan Diananto | 19 Desember 2018 | 03:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Selain Monas dan Ancol, Pasar Kue Subuh Senen di kawasan Senen, Jakarta Pusat salah satu ikon yang layak disambangi. Di sini, aneka kue dijajakan dengan harga bervariasi dari 500 hingga 4.000 rupiah. Tak hanya jajan pasar, di Pasar Kue Subuh Senen Anda bisa membeli tart, lapis legit, bolu marmer, hingga roti buaya dengan harga masuk akal. Sejarah pasar ini bermula dari Elkana Tju dan empat rekannya yang menggagas lapak kue di pinggiran Pasar Senen, pada 1988.

Pada dekade itu, hanya ada lima lapak berjejer dari jam 2 hingga 8 pagi. Makin lama makin banyak yang ikutan mengais rezeki di sana. Jumlahnya mencapai 50 meja. Pada 1991, Elkana mengajukan izin ke pengelola Pasar Senen Blok 4 untuk menggunakan area parkir sebagai tempat dagang kue kala subuh. Sejak menempati area parkir itu, perkembangan Pasar Kue Subuh Senen kian pesat. Pelanggan yang datang dari Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, hingga Banten.

"Meski dikenal dengan nama Pasar Kue Subuh, sejak 1995, para pedagang sepakat mengubah jam operasional mulai pukul 7 malam hingga 6 pagi," terang roperty Management Coordinator for Trade Centre PT Jaya Real Property, Tbk., dan Pengelola Pusat Perdagangan dan Grosir Senen Jaya, Shindu Hariyadi Wibisono kepada tabloidbintang.com, belum lama ini.

Jam operasional itu terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama, jam 7 malam sampai jam 2 pagi. Sebagian besar pembelinya pedagang grosir atau reseller dari Jabodetabek. Sementara jam 2 sampai 6 pagi melayani pembeli menengah dan kecil seperti pengusaha katering atau ibu rumah tangga yang punya hajat. Anda yang hendak berburu aneka kue untuk acara keluarga dan kantor disarankan berbelanja jelang subuh.

"Sedikitnya 500 sampai 700 pengunjung datang setiap hari dengan nilai transaksi mencapai 600 hingga 800 juta rupiah. Bagaimana pun juga, Pasar Kue Subuh Senen salah satu ikon Jakarta yang tak kalah menarik dan instragramable dari Kota Tua dan Museum Fatahillah," tutup Sindhu.

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait