Sate Klathak Pak Pong, Pengunjung Rela Menunggu 2 Jam

Redaksi | 28 Desember 2019 | 14:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ada banyak destinasi kuliner legendaris di Yogyakarta, dan Sate Klathak Pak Pong salah satunya. Di sini, saat musim liburan akhir tahun seperti sekarang, pengunjung berjubel. Kerepotan pengunjung dimulai dengan mencari tempat parkir yang kosong. Setelah dapat tempat parkir, petulangan berlanjut mencari tempat duduk yang kosong. Saking penuhnya, mencari tempat duduk yang kosong bukan perkara gampang. Tapi lupakan dulu soal tempat duduk. Anda harus memesan menu yang akan Anda santap. Mau sate, tengkleng atau kicik? Semuanya enak, apalagi bagi Anda penyuka olahan dari daging kambing. 

Rasanya hanya di Sate Klathak Pak Pong setiap pengunjung langsung diberi tahu soal waktu menunggu hidangan tersaji. "Nunggunya dua jam, ya," kata salah satu karyawan saat saat saya akan memesan. Dua jam? Iya, Anda tidak salah dengar. Masak mau makan sate aja harus menunggu selama dua jam? Kalau tidak mau, Anda bisa langsung pergi meninggalkan warung Sate Klathak Pak Pong. Tapi nyatanya banyak yang rela menunggu dua jam demi menyantap sate yang dibakar dengan menggunakan jeruji sepeda itu.

Apa yang bisa Anda lakukan selama menunggu 2 jam sampai pesanan Anda terhidang di meja? Tak banyak. Kalau Anda sudah mendapat tempat duduk, silakan duduk sambil browsing di sana. Tapi kalau tempat duduk pun belum dapat, ya Anda harus rajin berkeliling melihat-lihat barangkali ada pengunjung yang sudah selesai menyantap Sate Klathak Pak Pong dan akan meninggalkan lokasi. Tak mau kecolongan, beberapa pengunjung bahkan rela berdiri di dekat tempat duduk yang diincar. 

Di Sate Klathak Pak Pong, ada penjual Otak-otak yang bisa Anda pesan. Lumayan untuk mengganjal perus sampai menu pesanan Anda datang. Tapi, tunggu dulu. Menunggu pesanan Otak-otak juga membutuhkan kesabaran. Bisa jadi datangnya bersamaan dengan sate pesanan Anda.

Sate Klathak Pak Pong memang berbeda dengan sate yang biasa kita temui. Daging satenya berukuran besar dan ditusuk dengan jeruji sepeda. Satu tusuk sate berisi daging lumayan banyak. Anda tak perlu memesan sepuluh tusuk, nanti kekenyangan. Rasanya memang maknyus. Proses pembakaran yang tak menggunakan banyak bumbu, membuat rasa daging kambing mudanya lebih terasa. Selain sate, juga ada tengkleng. Di sini kuah tengkleng disajikan terpisah. Tak suka kuah tengkleng, Anda bisa langsung menyantap daging berbumbu yang empuk dan sungguh sedap. Ada juga menu Kicik. Ini daging dan ati kambing dipotong-potong lalu dioseng dengan bumbu kecap. Rasanya juga tak kalah enak. Empuk dan gurih.

Apa yang membuat pengunjung rela antre dua jam demi menikmati Sate Klathak Pak Pong? Selain karena satenya yang beda dan enak, popularitasnya, dan tentu saja pengalaman yang kemudian menjadi penting ketika dibagikan di sosial media. Apalagi kalau sudah datang jauh-jauh ke tempat ini. 

Bagi para pelancong yang memang sudah berencana makan di sini, harga (tidak mahal) bisa jadi bukan perkara penting dibanding dengan pengalaman yang akan didapatkan.

Di mana lokasi Sate Klathak Pak Pong? Percayakan pada Google Maps atau Waze yang akan memandu perjalanan Anda ke Sate Klathak Pak Pong tanpa meleset. Soal nama Sate Klathak Pak Pong, menurut cerita seorang penjelajah kuliner, sepertinya berasal dari suara daging kambing bumbu garam yang ketika tersentuh bara api akan mengeluarkan bunyi klatak-klatak.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait